Friday, October 24, 2008

PEMUDA DALAM ESTAFET PLURALISME KEPEMIMPINAN MASA


PEMUDA DALAM ESTAFET PLURALISME KEPEMIMPINAN MASA DEPAN
Oleh : Hozaini*
Secara universal setiap individu adala pemimpin, bagi yang dipimpinnya. Baik pemimpin bagi dirinya sendiri, keluarganya dan masyarakat di lingkungannya. Ini stimulasi secara umum. Oleh karena manusia mempunyai jenjang tesendiri, ada yang disebut usia kanak-kanak remaja atau lebih kerennya dengan sebutan pemuda. Maka sering dengan setiap perkembangan individu semakin hari bertambah usia, semakin bertambah pula pengalaman dan pengetahuan dalam kematangan skill suatu individu. Disinilah awal tumbuhnya pemahaman yang secara pragmatis menjadi kontrol dalam stabilitas sosial. Dalam hal ini yang punya andil besar adalah pemuda.
Diwarisi atau tidak, pemuda harus punya peranan dan tanggung jawab. Jikalau tidak demikian, bersiaplah menjadi penonton pesatnya perkembangan dalam perubahan zaman modern. Akan diasingkan walaupun hidup di tanah daerah sendiri, bahkan mendiami bangsa sendiri. Apabila pemuda tak bisa memainkan peranan dan keuletannya sebagai pewaris tampuk kepemimpinan.
Andil pemuda dalam kepemimpinan laksana pedang bermata dua, tidak dilindungi dan diarahkan akan menjadi lawan tersendiri dalam suatu negeri. Tidak dipelihara dan dan diberdayakan, bangsa sendiri yang akan terancam. Realita yang demikian menjadi fakta yang melegenda di tanah Bangsa Indonesia ini. Dimana ketika kaum pemuda bersilang pendapat dengan kaum tua, dalam rangka untuk memproklamerkan kemerdekaan. Soekarno diculik oleh kaum pemuda demi memproklamerkan kemerdekaan. Andai kata tidak ada andil pemuda pada waktu itu, kapan Indonesia ini masih akan merdeka?. Disinilah terlihat rencana strategis (Renstra) pemuda dengan tekad “ Yang penting merdeka dulu”, kemudian pembangunan jalani bersama-sama. Itulah kado kenang-kenangan dari pemuda dan mahasiswa yang tergabung dalam berbagai organisasi pemuda dan politik mengadakan Kongres di Jakarta 1928, lalu lahirlah “Indonesia Muda”, yang mencetuskan Sumpah Pemuda yang menjadi slogan bangsa sampai saat ini.
Disisi lain masih membekas taring pemuda di benak kita, waktu melengserkan kepemimpinan pemerintahan rezim Orde Baru. Sama sekali tak bias terbendung kebersatuan pemuda, laksana ombak di lautan menampar pantai. Realita itu menjadi contoh yang tak terbantahkan. Bahwa pemuda punya hak vital untuk menjadi control dan mengevaluasi dijalankannya roda birokrasi. Sebab tak ada ceritanya pennguasa memimpin seumur hidup. Setiap sejarah punya tokoh, setiap angkatan punya pahlawan dan setiap zaman punya pemimpin. Sementara pemuda adalah pewaris tokoh sejarah, adalah generasi pahlawan dan sekaligus pewaris tahta kepemimpinan. Itulah makna dari kalimat yang pernah diteriakkan oleh pak Karno “ berilah aku sepuluh pemuda akan aku pindahkan gunung Bromo”.
Kenapa kok pemuda yang menjadi target pak Karno, buknnya orang-orang yang sebaya dengan beliau. Pak Karno sebenarnya menunjukkan makna dibalik pemuda adalah semangat kekuatan, adalah watak-watak pemimpin, adalah singa-singa masa depan bangsa yang sanggup mempertahankan dan melawan gesitnya peradaban budaya zaman modern.
Sementara sejarah pergerakan pemuda masih membekas menjadi warna tersendiri diruang bangsa ini. Ketika pemuda (Mahasiswa) Indonesia yang sedang study di Negeri Belanda, seperti Ahmad Subardjo, A. Maramis, Nazir Datuk Pamuntjak, Sukirman, dan Muhammada Hatta. Mereka semua membentuk komunitas sebagai perhimpunan “ Pemuda Indonesia”, lalu mereka memainkan peranan kepemudaan dibidang Pers Mahasiswa yang terbit pertamakali pada tahun 1920-an, bertajuk “IndonesiaMerdeka”. Sedangkan pergerakan pemuda di jawa sendiri dalam tahun 1914, juga memiliki surat kabar sendiri yang bernama “Jong Java” yang bermottokan “ Organ v.d Sturenden. Jong Java, Perserikatan Pemoeda Djawa, Madoera dan Bali dari sekolah pertengahan dan tinggi”. Pers inilah yang semula bergerak di bidang sosial kemudian masuk kejalur politik (Baca : Persma).
Pergerakan pemuda tadi dengan menggunakan media informasi cukup menjadi perlawanan bagi kekuasaan Hindu Belanda, yang pada waktu itu wilayah Indonesia berada di bawah kekuasaanya. Begitupula dalam pendudukan Jepang di Indonesia, pergerakan yang tampak untuk membebaskan bangsa dari tangan penjajah adalah gerakan pemuda. Persatuan pemuda pada waktu itu cukup membawa dampak yang cukup besar, baik dari organisasi pemuda Muhammadiyah, pemmuda Partai Serikat Islam Indonesia, pemuda Muslimin, pemuda Ansor, dan juga pemuda yang telah kembali dari Belanda, Cairo, Mesir, sampai di tanah air banyak yang ikut memegang tampuk pemerintahan, atau aktif di bidang dakwah dan pendidikan. Seandainya boleh kami mengatakan, bangsa ini merdeka di balik ghaibnya kekuatan persatuan pemuda.
Untuk lebih sempurnanya menganalisis andil pemuda dalam estafet pluralisme kepemimpinan, penting untuk ditelaah posisi dan fungsi pemuda itu sendiri sesuai dengan tempat dan zamannya, perlu dicermati pemuda sebagai individu Agen of Chang and Agen of Control . Posisi pemuda adalah kunci penentu berputarnya roda bangsa yang harus difungsikan, bahwa di tangan pemuda tergenggam arah bangsa, dalam kecerdasan watak pemuda tersimpan gagasan pencerahan masa depan bangsa, pergerakan penentu sebagai penentu tegak dan tidaknya peradaban bangsa yang tentunya mesti harus lahir dari mental pemuda yang suci. Tetapi ingat, posisi pemuda dalam masyarakat bangsa bagai memelihara singa, sesekali salah di tanamkan pendidikan, salah diarahkan bukan hanya akan menggilas habitatnya bahkan akan memakan tuannya.
Dalam realitas yang lain, kaum tua yang kurang membangkitkan semangat pemuda, mati satu akan tumbuh pemuda seribu. Tetapi kehilangan seorang pemuda yang sanggup berjuang demi kebijakan dan keadilan, bahkan sanggup menjadi manusia yang hitam putih demi kesejahteraan, bangsa akan sangat kehilanga. Hilang satu harus di bayar dengan bulir air mata seribu butir. Seperti halnya kehilangan tokoh pembela HAM seperti Munir, sampai sekarang masih belum tergantikan oleh sosok individu yang lain. Kasus yang demikian cukup gencar dibicarakan di kalangan pemuda.
Hozaini adalah Mahasiswa UIN Malang Fakultas Tarbiyah
Aktif di berbagai organisasi Kampus, diantaranya:
Jurnalis kampus, sebagai pengelola kolom sastra
Pengelola kajian diskusi forum lingkar study islam kampus Malang
Pendiri Lingkar Seni (UI, Unlimited Imagination)

No comments:

Followers